Konsepsi memunculkan ide dan gagasan menjadi gerakan melalui proses berfikir kognitif

 

Gambar : Foto Sahabat Alfian

Tanpa kita sadari, dalam munculnya ide dan gagasan serta gerakan yang telah kita lakukan, kita telah melewati tahapan – tahapan berfikir yang sistematis. Bahkan, ada sebab – sebab yang terjadi sebelumnya yang mengakibatkan munculnya suatu ide dan gagasan lalu di implementasikan dengan gerakan, atau bisa disebut kausalitas. Namun pernahkah kita menganalisis bagaimana rentetan tahapan – tahapan tersebut terjadi? Dalam tulisan ini mari kita berdiskusi melalui pandangan sempit saya namun mungkin mampu memunculkan image atau gambaran dalam otak kalian sehingga membawa kalian berfikir dan mungkin dapat memunculkan ide dan gagasan baru.

Gerakan sosial dapat muncul dalam kondisi yang memberikan kesempatan bagi gerakan itu atau bisa juga disebut momentum. Selain itu, gerakan social juga bisa muncul karena meluasnya ketidak puasan atas situasi yang ada. Misalnya perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang dapat mengakibatkan kesenjangan perekonomian yang makin melebar. Namun, saya juga berfikir bahwasanya gerakan sosial adalah masalah kemampuan dari tokoh penggerak. Dimana sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangung organisasi, dan menyebabkan sekelompok orang termotifasi untuk terlibat dalam gerakan tersebut.

Oleh karena itu, berfikir secara kognitif dengan analisa – analisa yang tajam merupakan sumber utama munculnya suatu ide dan gagasan yang visioner. Berfikir itu seperti mengolah informasi secara kognitif yang ada di dalam otak kita. Kita harus bisa merangkai dan menyusun ulang informasi dalam otak kita yang merupakan hasil dari analisa realitas social, pengalaman, maupun informasi yang kita dapatkan dari hasil membaca. Menurut Solso (dalam Khodijah, 2006) berfikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang kompleks dengan atribut – atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah. Dari pandangan dasar tentang berfikir tersebut, kita mampu mengarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah dan mengarah kepada solusi. Sehingga dari hasil proses berfikir tersebut mampu menghasilkan ide dan gagasan yang matang dalam menjawab permasalahan – permasalahan dalam kondisi apapun serta menciptakan gerakan social dalam upaya menjawab problem dengan kondisi masyarakat yang dialami.

Kondisi obyektif dan kondisi subyektif secara signifikan dapat membentuk watak gerakan mahasiswa. Secara sederhana, sebuah gerakan merupakan suatu proses untuk mencapai perubahan jangka panjang. Perubahan jangka panjang adalah perubahan yang visioner, yakni perubahan untuk menciptakan tatanan baru yang lebih ideal. Dengan demikian gerakan mahasiswa tidak hanya harus membutuhkan modal seperti keberanian tetapi juga harus memiliki teoritis yang matang dan juga kecanggihan wacana.

Lalu apa yang terjadi ketika kita dihadapkan dengan permasalahan?

Pada awalnya biasanya kita akan memasuki wilayah substansial, berupa kajian tentang substansi – substansi gerakan dan bermain di dalam ranah dealektika wacana secara terus – menerus. Pertanyaan – pertanyaan yang muncul biasanya akan menimbulkan bagaimana orientasi perubahan dirumuskan, landasan teoritis dan ideologis apa yang melingkupi gerakan perubahan, serta tatanan perubahan apa yang diharapkan akan terwujud. Dalam konteks ini maka kekuatan wacana dengan visi yang jelas merupakan modal yang sangat berharga dalam merumuskan orientasi gerakan perubahan.

Selanjutnya, kita akan memasuki proses dalam wilayah persoalan strategi gerakan dengan menjawab berbagai macam pertanyaan – pertanyaan, dalam hal ini kita memasuki wilayah praksis gerakan atau bisa disebut metode berfikir dengan kesatuan teori dan praktik. Dalam konteks ini kita akan menjawab pertanyaan tentang bagaimana melakukan sebuah perubahan serta cara apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan perubahan yang dimaksud. Jawaban – jawaban terhadap pertanyaan tersebut tentu saja kemudian terumuskan dalam wilayah strategi taktis sebuah gerakan.

Dari metode pendekatan di atas, maka kita akan bisa melihat bahwa gerakan yang ingin di ciptakan akan terpola menjadi pola gerakan. Dalam hal ini, gerakan mahasiswa baiknya dipersepsikan sebagai sebuah gerakan yang memihak pada nilai – nilai moral universal, yakni nilai kebenaran, keadilan, demokratisasi, hak asasi manusia dan sebagainya.

Dalam hal ini, perlu kita ingat bahwa kita tidak harus menjadi seorang pahlawan. Dimana kita hanya menciptakan sebuah gerakan ketika hanya ada kerusakan dan kekacauan yang dilakukan oleh para penjahat. Setelah para penjahat dibasmi dan keadaan kembali tenang maka kita pun pergi dan kembali ketempat masing – masing. Dan demikian seterusnya ketika terjadi kekacauan dan hanya datang lalu pergi lagi.

Walaupun demikian, dengan melihat analisis pemikiran diatas, maka tentu saja gerakan social tidak boleh berhenti, sebelum perubahan yang dicita – citakan terwujud. Generasi boleh berganti, namun kita harus tetap menanamkan dan menciptakan ruang proses berfikir serta menginspirasi dengan ide dan gagasan yang visioner. Cita – cita dan idealism gerakan tidak boleh redup.


Penulis : Sahabat Alfian
Penyunting : A. Hasan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Konsepsi memunculkan ide dan gagasan menjadi gerakan melalui proses berfikir kognitif"

Posting Komentar