Pelacuran Intelektual



Gak asing lagi kata pelacur bagi kita, bahkan tak akan pernah bisa lingkungan kita memaknai pelacur lebih baik dari sesuatu yang paling hina sekalipun. Keberadaannya pun menjadi ancaman bagi sebagian besar orang, tak heran aktivitas ini selalu berakibat pada penangkapan dan penutupan sebuah tempat prostitusi. Maklum, mereka hanya mengandalkan tubuhnya demi mendapat uang. Memang definisi pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual demi uang.

Para pelacur yang menjual tubuhnya demi materi (uang) mungkin sangat mudah dideteksi atau ditemukan keberadaanya yang akan berujung pada penangkapan oleh petugas. Tetapi yang sulit dideteksi adalah mereka yang melacurkan profesinya demi uang.

Ngomongin uang, sekarang banyak dari kita yang sedang masturbasi melalui lingkungan akademisi (kaum intelek) yang belum apa apa sudah ejakulasi. Merapat kesana-sini demi kepentingan. “Kepentingan kan belum tentu uang”.

Siapa bilang, meraka yang melacurkan dirinya atas dasar kaum intelek adalah mereka yang menolak dan gengsi menjadi petani didesa, menjadi nelayan di pesisir sebab pendapatan yang gak jelas untung ruginya, sebab metode yang dipakai adalah banting-tulang. Oleh karena itu mereka kerap menggunakan dalih “lebih baik aku menjadi wakilnya” atau tak jarang juga yang bilang “lebih baik aku menjadi orang yang punya kebijakan penuh atas petani dan nelayan”.

Soe Hok Gie dalam artikelnya dengan judul yang sama mengkritik habis-habisan rektor Universitas Indonesia (UI) yang merapat pada kekuasaan (Pemerintah). Soe Hok Gie mengkritik orang-orang yang masih berada dalam lingkup akademisi mulai merapat dengan bajingan-banjingan minyak, dan pejabat-pejabat yang korup dan sloganistis.

Kritik Soe Hok Gie pada kaum intelek (Akademis) dengan memberi label pelacur intelektual kiranya relevan dengan kondisi kita harini. Maraknya upaya mendekati kekuasaan dengan mengatasnamakan rektor, mahasiswa, organisasi-organisasi intelektual untuk kepentingan dirinya sendiri, kiranya terlalu halus sarkas yang diberikan menjual idealisme, melainkan Pelacur Intelektual.

Kepada para rektor yang memuja-muji kekuasaan melalui kolom-kolom surat kabar, melalui narasi-narasi media.

Kepada para organisasi intelektual yang merasa tidak keren kegiatannya jika tak dihadiri oleh pejabat tinggi pemerintah, tidak keren jika tidak diskusi diteras-teras kekuasaan.

Kepada para mahasiswa yang sedang masturbasi dilingkungan akademisi, yang belum apa-apa sudah ejakulasi dengan mendekat kesana-sini demi kepentingan pribadinya.

Kepada siapapun yang melacurkan intelektualitasnya demi kepentingannya sediri melalui dekapan kekuasaan. Kalian benar-benar asing dimasyarakat bawah. Jadi jangan gunakan mulutmu yang seolah olah melindungi dan menyuarakan derita mereka jika jalan yang kalian tempuh adalah jalan busuk yang membuat mereka menderita.

 

Penulis : Sahabat A. Hasan
Penyunting : -

Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Pelacuran Intelektual"